Senin, 06 November 2017

Pendidikan Kewarganegaraan, Manusia Yang Baik Adalah

Nama           : Harlis Aryatama.P
NPM            : 33416226
Kelas           : 2ID11

Manusia yang Baik Adalah
      Menurut saya, manusia yang baik adalah manusia yang orientasi hidupnya dinilai terbaik bukanlah dinilai dari ukuran manusia semata, tetapi karena ridha Allah Ta’ala. Manusia yang baik itu adalah manusia yang mau membantu kepada siapapun tidak melihat dari segi fisik maupun segi materi, orang yang mau memberikan ilmu yang dia miliki kepada orang lain, orang yang menghormati orang lain, orang yang berguna bagi keluarga sendiri, orang yang bermanfaatkan bagi keluarga dan teman, orang yang bersikap ramah, orang yang bersikap sopan santun, orang yang memaafkan dan juga meminta maaf, dan juga menjadi orang / manusia yang memiliki akhlak. Menurut saya, manusia yang baik adalah seperti itu.
Manusia merupakan tempatnya salah dan khilaf. Tak ada manusia yang sempurna dan tak memiliki kesalahan. Manusia terbaik adalah manusia yang salah lalu memperbaiki kesalahannya. Selama ini, aku memang terpola dengan pemikiran seperti itu. Dengan segala kenaifannya, bahwa manusia yang baik adalah yang mampu memperbaiki dirinya ketika sadar telah berbuat salah. Jadi, manusia terbaik adalah bukan manusia yang tak pernah salah atau berbuat salah.
Begitulah pola fikir yang terbantuk selama ini. Namun, beberapa hari yang lalu, ketika berdiskusi dengan seorang teman, ia menyangkal pola piker tersebut. Menurut teman saya itu yag biasa dipanggil Maman, bahwa manusia terbaik adalah manusia yang tidak pernah salah. Manusia yang sempurna selalu sadar untuk tidak berbuat salah. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh manusia sangat sedikit yang dilakukan oleh orang yang tidak sadar atau tidak sengaja. Contohnya, katanya, korupsi. Orang yang melakukan korupsi dan sejenisnya tentu melakukannya dengan sengaja. Sebab, menurut Maman hal itu dilakukan secara sadar. Bila tidak tidak sadar tentu orang tersebut mabuk, gila atau ada kelainan jiwa lainnya. Jadi, katanya semua perbuatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar. Mana ada orang yang tidak sengaja melakukan korupsi, dan mana ada orang gila yang korup.
Akibat perubahan makna orang baik itu kata Maman, banyak orang yang melakukan perbuatan dosa seperti tidak berdosa. Selain itu, karena perubahan makna orang baik tersebut, banyak orang yang melakukan perbuatan salah, dan berusaha memperbaikinya, dan pada kesempatan lain ia melakukannya kembali. Inilah menurut Maman yang menyebabkan masalah kebaikan menjadi terlihat sangat nisbi.
Banyak manusia yang baik pada satu sisi, tapi disisi lain ia melakukan kejahatan, keburukan dan kesalahan. Karenanya, persoalan yang sangat sepele sangat sulit diselesaikan. Untuk jujur saja demikian sulit. Apalagi untuk perbuatan yang sangat besar. Orang bisa melakukan apa saja agar terlihat baik. Padahal disisi lain ia ber buat kejahatan. Banyak orang yang dermawan, tapi sedekahnya dari hasil perbuatan dosa. Terlebih lagi bagi orang yang kikir, tamak, dan rakus. Untuk memperbaikinya, kita harus mengembalikan pemaknaan orang baik sebagaimana adanya, bahwa orang baik adalah orang tidak pernah melakukan kesalahan. Kita tidak bisa merubah makna tersebut, sekalipun tidak ada satu manusiapun yang memenuhi klasifikasi tersebut. Selama ini, kita terlena dengan makna bahwa orang baik adalah orang berbuat salah tapi bisa memperbaiki kesalahannya. Makna ini justru mengaburkan makna yang sesungguhnya.
Menjadi manusia sempurna memang tidak ada, kecuali para Nabi dan Rasul Allah. Namun demikian, tidak bisa kita mereduksi makna manusia baik tersebut. Kriteria manusia baik yang tidak pernah berbuat salah. Tidak bisa dirubah atau dikurangi maknanya. Karena perubahan dan pengurangan makna tersebut justru menjustifikasi perbuatan salah manusia. Yang salah tetap salah. Demikian pula, yang baik dan benar harus tetap baik dan benar.Kita memang bukan manusia baik. Tapi, kita harus berusaha untuk menjaid baik. Caranya. Usahakan untuk tidak berbuat salah.